PUSARAN.CO — Pelaksana tugas (Plt) Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Papua, Pdt. Klemens Taran, S.Ag., diwakili oleh Sub Kordinator (Subkor) Ortala dan FKUB, Fransina Dimara, M.Pd.K., memberikan sambutan sekaligus menutup kegiatan Orientasi Pelopor Penguatan Moderasi Beragama bagi Pengurus FKUB, Tokoh Masyarakat dan ASN pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Papua. Senin (27/03/2023), kegiatan ini berlangsung dari tanggal 24-27 maret di Aula Sasana Krida Bakti Kanwil Kemenag Provinsi Papua.
Turut hadir para Pejabat Administrator di lingkungan Kanwil Kementerian Agama Provinsi Papua, fasilitator dari POKJA Moderasi Beragama Kementerian Agama RI, Dr. Iklilah Muzayyanah Dini Fajriyah, M.Si., dan Romo Goklian Paraduan Haposan, S.Si., SH., MARS., serta peserta yang terdiri dari Pengurus FKUB, dan tokoh masyarakat pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Papua.
Dalam sambutannya Fransina Dimara menyampaikan, Adanya gesekan sosial karena perbedaan cara pandang keagamaan, dan ada pula kasus dimana umat beragama membenturkan pandangan keagamaannya dengan budaya dan kearifan lokal. “Dilain waktu kita melihat tumbuh suburnya sikap-sikap eksklusif, sehingga muncul kelompok-kelompok yang menolak sesama yang lain hanya karena beda agama, suku, ras dan lain sebagainya”, tutur Fransina.
Berhadapan dengan situasi ini, Kementerian Agama sudah menawarkan sebuah solusi beragama jalan tengah, yang disebut dengan moderasi beragama. “Moderasi beragama adalah cara pandang, sikap dan praktik beragama dalam kehidupan bersama dengan cara mengejawantahkan esensi ajaran agama yang melindungi martabat kemanusiaan dan membangun kemaslahatan umum, berlandaskan prinsip adil, berimbang dan menaati konstitusi sebagai kesepakatan berbangsa. Kesemimbangan ini niscaya akan menghindarkan kita dari sikap ekstrim, berlebihan, atau fanatik, sebab moderasi beragama merupakan kunci terciptanya kerukunan dan toleransi”, demikian dijelaskan Fransina.
“Moderasi beragama merupakan jantung dari agama kita masing-masing, namun ternyata jantung itu sering tidak disadari sehingga berdenyut mati. Rasanya ini adalah momen yang bagus untuk hidup kembali, dan menghayati serta menerapkannya menjadi orang-orang yang terdepan dalam membangun dan menerapkan moderasi beragama”, ungkap Romo Goklian dalam sambutannya.(RLS)